MAR_SAJA

Mesem minangka tandane syukur

Archive for Juni 19th, 2008

Resep Meraih Hidup Nikmat

Posted by marsaja pada Juni 19, 2008

Sebagai manusia masing-masing pribadi tentu mempunyai cita-cita hidup dan semuanya menginginkan hidup yang nikmat, baik lahir maupun batin, baik sekarang maupun yang akan datang. Banyak sekali cara yang ditempuh, namun mayoritas hanya mampu meraih kenikmatan sesaat dan tempores. Lalu, sebenarnya cara atau resep yang komplit itu bagaimana? Berikut resep yang bisa kita renungkan, jika sudah cocok silahkan dirasakan dan diamalkan, diantaranya adalah :

1.  Iradah (kemauan). Kunci utama untuk meraih tujuan hidup adalah berupa kemauan yang kuat. Hal ini diisyaratkan pada Al Qur’an “Dan orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh dalam (mencari keridhoan) Kami, niscaya benar-benar Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik” QS Al Ankabut : 69. Ada juga pepatah yang mengatakan “Dimana ada kemauan, disitu ada jalan”.

2.  Takholli (mengosongkan diri dari perangai-perangai tercela). Didalam kehidupan ini setiap manusia akan selalu mendasarkan perbuatannya pada prinsip yang dipegangnya. Adapun dasar yang tepat sebelum kita memulai setiap aktivitas adalah membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela atau kotor, seperti sombong, iri, dengki, marah, riya, dsb. Dalam artian kondisi kita berangkat dari nol atau netral dan tidak berprasangka buruk (positif thinking). Dalam Al Qur’an diterangkan “Sungguh menanglah orang yang membersihkan hatinya” QS. Asy-Syam : 9. Caranya, pertama dengan instropeksi diri (muhasabah), kedua menjauhkan segala makanan yang haram dan tidak berlebih-lebihan dalam soal makanan.

Takholli (dengan titik di atas pada huruf Kho) merupakan suatu lambang, bahwa diri pribadi masih dikungkung oleh titik noda, untuk itu orang harus menghilangkan titik di atas huruf Kho, bila telah hilang, berarti telah hilanglah noda yang menyelubungi jiwa, sehingga dia menjadi Tahalli (huruf Kho berubah menjadi Ha), hal ini menjadi simbol bahwa noda itu telah lebur oleh usaha dalam ber-Takholli.

3.   Tahalli (akhlaq yang mulia, perangai-perangai terpuji). “Akhlaq yang luhur akan dapat meningkatkan seseorang hamba ke derajat tertinggi dan ditempatkan di tempat paling mewah di akhirat, meskipun ibadatnya agak kurang” HR. Thabrani. Akhlaq yang luhur mampu mengendalikan hawa nafsu dan menguatkan akal. Carannya dengan memperbanyak ilmu dan menunaikan amal ibadah.

Tahalli (dengan Ha tanpa titik) sebagai lambang, bahwa noda-noda telah hilang tenggelam dari diri kita, sehingga lambang bahwa nafsu telah kita taklukan di bawah kekuasaan akal dan iman. Untuk selanjutnya kita tunggangi dengan Tajalli.

4.   Tajalli (Nyata bagi hati segala kegaiban, karena tersingkapnya tirai yang menyelubunginya). “Kalau tidak karena para syetan yang mengerumuni hati bani Adam, niscaya akan dapat melihat kerajaan langit” HR. Ahmad.

Tajalli (dengan huruf Jim bertitik di bawah) menjadi lambang, bahwa kemenangan telah berada di pihak akal dan iman. Sedangkan nafsu telah ditunggangi oleh akal, sehingga dia tidak sanggup lagi hendak membangkang terhadap kehendak akal, dia telah menjadi kendaraan dan tunggangan yang cekatan bagi akal dan iman.

Bila Tajalli ini telah terjadi pada hati insan, terbukalah segala indera batin untuk menanggapi apa-apa yang terjadi dalam hubungan dengan kekasih. Di saat itu terjadilah perkenalan yang amat indah antara mukmin dengan Tuhannya (ma’rifat). Disinilah manusia akan melihat dengan mata hatinya betapa indah Hadhrat Rububiyah, sehingga kelulah lidah hendak melukiskan-Nya, tak sanggup pena hendak menggambarkan-Nya. Ia adalah Jamal (Maha Indah) sekaligus Jalal (Maha Perkasa) tak ada uyang melebihi Jamal dan Jala-Nya.

Manusia takkan sampai ke taraf ini kalau tidak melalui mujahadah (berjuang dan bersungguh-sungguh) dengan penuh kesabaran mengisi hidup dengan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang-Nya, mengerjakan segala yang wajib dan sunah disertai dengan keikhlasan hati, khusu’, khudu’, dan tawadhu’, bersamaan pula dengan menjauhi segala larangan-Nya. Apabila semua ini sudah diisi disertai dengan ilmunya, insya Allah Tuhan akan berkenan menerangi hati dengan nur keagungan-Nya.

Posted in Bekal Hidup | Leave a Comment »

Menaklukan Hawa

Posted by marsaja pada Juni 19, 2008

Setiap manusia diwajibkan Tuhan untuk melawan hawa nafsunya, karena hawa nafsu sangat berbahaya bagi dirinya. Dia selalu hendak membelokkan jalan orang agar ia tersesat, sehingga hilanglah kesadarannya terhadap Tuhan dan terhadap dirinya sendiri. Bentuk tubuhnya masih bentuk manusia, tetapi perasaan kemanusiaannya telah sirna sama sekali.

Hal ini sudah diisyaratkan dalam Al Qur’an “Mereka punya hati tetapi tiada mengerti, mereka punya mata tetapi tidak melihat, mereka punya telinga tetapi tidak mendengar. Mereka tak ubahnya seperti binatang, bahkan lebih sesat lagi. Merekalah orang yang lengah” QS. Al-A’rof : 179.

Begitulah keadaan manusia bila telah ditunggangi oleh hawa nafsu. Hatinya tak tahu lagi apa yang dikatakan keindahan hidup, apa yang dikatakan kebenaran. Tak tampak lagi oleh matanya apa rahasia alam yang terbentang dihadapannya. Pendengarannya terhadap kemerduan bunyi hikmat Ilahiyah telah sirna. Dengan demikian, hilanglah dari dirinya alat timbangan yang digunakan untuk membedakan antara yang haq dan yang batil.

Agama mewajibkan bagi setiap muslim untuk berjihad menaklukan hawa nafsunya. Gunanya agar martabat kemanusiaannya tetap terjaga dengan baik, kalau nafsu diperturutkan hilanglah harga diri, jatuhlah kewibawaan (muruah) di tengah-tengah masyarakat.

Pada diri manusia ada empat (4) naluri pokok manusia. Pertama, Instink Egosentris (naluri mementingkan diri sendiri). Kedua, Instink Polemos (naluri berjuang dab berkelahi). Ketiga, Instink Eros (naluri sexual). Keempat, Instink Religious (naluri berbakti kepada Tuhan).

Dari keempat naluri di atas jika diperturutkan akan mengakibatkan bala bencana. Instink Egosentris bisa mengarah kepada sifat sombong, bangga diri, riya, dsb. Sifat ini akan memencilkan orang dari pergaulan ramai, sebab tidak disukai oleh masyarakat. Akhirnya, dia kesepian sendiri dan tidak dipedulikan orang lain. Instink Polemos arahnya adalah sifat kebinatangan, suka merusak, membuat keonaran, memperkosa, merampok, yang mana akibatnya bisa menghancurkan orang lain. Instik Eros maunya hanya untuk kesenangan birahi, akibatnya tubuh lahir bisa dihinggapi oleh penyakit kotor, sedang batin menderita akibat dosa. Instink Religious arahnya tanpa mengetahui petunjuk Allah SWT berupa syariat agama, niscaya orang akan memperhambakan dirinya kepada sesama makluk, bahkan dapat memperhambakan diri kepada sesama manusia atau benda-benda lain.

Sebenarnya Tuhan yang menjadikan nafsu itu telah menetapkan jalan kemana nafsu itu harus disalurkan. Tuhan maha adil, Dia tidak menyuruh kita membendung nafsu itu secara kaku dan tidak memerintahkan kita menghancurkan nafsu yang ada dalam diri kita. Tetapi disuruh-Nya menyalurkan nafsu itu pada tempatnya sesuai dengan petunjuk Kitab yang diturunkannya, yakni Al Qur’an.

Adapun cara menyalurkan yang tepat adalah Instink Egosentris digunakan untuk mempertahankan harga diri, keluarga dan agama. Mempertahankan diri merupakan tanggung jawab setiap muslim, karena rasa tanggung jawab sebenarnya rasa “ego” dalam tubuh. Instink Polemos disalurkan untuk memupuk daya juang dan semangat mau berkelahi dalam menghadapi musuh yang datang untuk merusak diri, keluarga dan agama. untuk menghadapi segala gangguan yang mungkin akan merongrongnya, justru sifat inilah yang melahirkan semangat jihad. Instink eros dapat disalurkan melalui jalur perkawinan, yang bertujuan membina suatu ikatan keluarga, sehingga manusia bisa terhindar dari kekacauan yang ditimbulkan oleh nafsu seksual. Instik Religious disalurkan melalui amal ibadah dan aqidah Islamiyah, hal ini sesuai firman Allh SWT ” Tidaklah kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku” QS. Adz-Dzariyat : 56.

Begituah empat instik induk yang diciptakan oleh Tuhan, didalamnya terkandung sifat-sifat binatang, syetan dan malaikat. Maka kalau diperturutkan akan membawa kehancuran bagi manusia. Jika dibendung habis-habisan akan berbahaya pula bagi kita. Oleh Allah SWT masing-masing naluri diberi jalur tersendiri, sehingga manusia dapat hidup dengan tentram.

Inilah jihad yang terbesar dan terberat, sebab gelora nafsu tidak datang dalam seketika, tepai dalam setiap tarikan nafas kita, dia selalu mengerahkan kekuatannya hendak melumpuhkan akal kita. Sebab itu waspadalah, semoga kita menang.

Posted in Bekal Hidup | Leave a Comment »